Sudah?

2:06 AM Unknown 1 Comments

Sudah baik baik saja.
Coba bersyukur.
Lihat sejauh apa kamu sudah berjalan tanpa alas kaki.
Coba lihat ke belakang,
Sudah cukup jauh kan?
Sudah hampir tidak terlihat kan?
Coba lihat ke depan,
Sudah cukup dekat kan?
Sudah hampir terlihat kan?

Kalau melangkah balik arah
Juga sudah jauh
Dan dua kali
Buang tenaga

Maju lagi
Jadi susah

Jangan.

Terus saja
Angkat kepala
Langkah maju.

(*)




1 comments:

Be, be, be!

2:03 AM Unknown 0 Comments


I know that some girls are very pretty some girls THINK they are just okay.

But it doesn't matter, find someone who would make you feel the prettiest.

And on top of that, you don't need anyone to tell you that you're pretty, you just need yourself to believe more in the beauty of the heart that glows inside and out.

So, be that free, be beautiful, the way you’re living your life is exactly the way it needs to be lived. And if only you’re living it, truly, and consciously the way you want to. 

0 comments:

Saksi dan Janji

2:00 AM Unknown 0 Comments


Di depan saksi ombak yang menghampiri batuan dengan penuh gairah ini aku berikrar,

Bahagiaku
Dukaku
Laraku
Banggaku

Hanya boleh karena aku

Bukan karena dia yang menginjak harga dirimu
Bukan karena mereka yang mengendus kelemahanmu
Bukan karena bayangan yang menghalangimu

Malam ini aku berikrar

Kamu mampu hidup sendiri

Bahagiamu tidak bukan pernah karena,

Dan tapi

Hanya karena aku


Seorang.

----------

ditulis dan tertulis Oktober 2014.

0 comments:

Sanggahan

1:52 AM Unknown 0 Comments

Orang-orang berlalu lalang 
Terburu-buru bukan main
Aku tidak mau terburu-buru
Tenang saja, aku masih di sini.

membiarkanmu mengintip pelan tentang aku yang tidak mereka ketahui,
aku melepasmu bebas mengetahui tentang aku yang tidak orang-orang pahami,
bicara tentang rahasia.

Memafhumi tiap dari ketakutanku,
Mengendus pekat inci-inci dari mimpiku,
Mengindrakan satu per satu dari keraguanku.

Aku mungkin dewasa,
tapi aku rindu rasanya mengalah.
Maka dari itu, aku minta maaf.
Aku belum dewasa.

Kita seimbang rupanya,
sama-sama belum dewasa.

Sumpah, aku benci kata menyerah.
Sungguh, aku lelah dengan terserah.
Sumpah, aku gerah berpura-pura.
Sungguh, aku lara merasa tidak cukup baik untukmu.

Merindukanmu adalah sebuah anugerah,
namun aku kehausan kemudian tewas tak berdaya di rerumputan
"Aku rindu masa lalu"
hal paling hina untuk dibahasakan,
harusnya masa lalu dibinasakan
simpan saja jadi kenangan

Akan tetapi, 
ya
aku rindu masa lalu.

Mencintaimu adalah sebuah kemudahan,
namun untuk bertahan aku sudah belasan kali mati di tengah jalan
aku sering bermimpi
satu hari di mana bumi masih berputar
orang-orang marah masih saling menampar
ada kamu di sampingku
siang itu murni terisi dengan cinta
tidak ada dendam,
air mata kecurigaan,
atau kemarahan yang dipendam.

Demi apapun yang berkuasa,
aku mencintaimu,
aku merindukanmu, 
aku membencimu. Bukan main.

Demi apapun yang berkuasa.

------------------

Good God, kenapa yang ini gelap sekali, ya? Bahkan beberapa part terpaksa saya hapus karena terlalu suram. :/

Oh, yang ini ditulis dan tertulis Agustus 2014.

0 comments:

Dan

1:48 AM Unknown 0 Comments

Dan pada akhirnya
Aku tidak pernah percaya akan cinta

Dan pada akhirnya
Kertas-kertas yang ditulisi pena yang terukir kata-kata manis akan terbuang juga

Dan pada akhirnya
Bergabung dengan kumpulan rongsokan tulang ikan colongan si pus

Dan pada akhirnya
Cinta hadir hanya untuk dikhianati

Dan pada akhirnya
Tidak pernah ada kisah cinta semanis kisah khayangan

Dan pada akhirnya
Angin

Dan pada akhirnya
Tidak ada yang benar-benar peduli 

Dan pada akhirnya
Kamu sama busuknya dengan orang lain

Dan pada akhirnya
Semua manusia sama busuknya

Dan pada akhirnya
Begitu juga aku yang bau bangkai

Dan pada akhirnya
Tidak pernah ada senyum yang nyata jika kita bicara cinta

Dan pada akhirnya
Satu-satunya orang yang mati terbunuh membelaku adalah


aku.

Juni 2014

0 comments:

Izin

1:48 AM Unknown 0 Comments

Selain beres-beres diri yang berantakan, hehe, tahun baru juga identik dengan beres-beresin folder dan file, entah di laptop atau handphone. Kemudian, I surprisingly stumbled upon some of my puisi atau coretan ringan yang.. sayang kalau cuma disimpan.

Kemudian, saya memutuskan untuk menaruh those depression letters, I would say, di blog ini. Most of them are written two or three years ago. Ada lebih dari satu, dua, atau bahkan tiga..,

maka, permisi!

0 comments:

The Urge

12:33 AM Unknown 0 Comments


Jakarta, Ibu Kota kesayangan yang rumitnya bikin candu.

Aku pulang.

(*)

0 comments:

The Beginning, The Wound, (and the late night thoughts).

12:26 AM Unknown 0 Comments


Writing a new year post in the beginning of the February will not be considered too late, right? ;)

Well no, this won't be that typical new year post, I hope. 

As some of you may know that I spent the whole January in the magical unbelievable India, the country that kept me awake every single night (a lie, as a matter of fact I slept soundly almost every night). I didn't have much time -- or I just decided not to spare my time to write there. But as always, I have my thoughts written inside my black journal that some of I might share here, to leave my perplexed thoughts scattered, yet captured.


Now please, if you excuse me, 

2 0 1 5.

Chaotic. Dua ribu lima belas, kalau ada penghargaan yang menobatkan pemenangnya menjadi tahun paling chaos, aku persilakan dua ribu lima belas maju ke depan panggung dan menggandeng pulang pialanya. 

Dramatic. Dua ribu lima belas, seperti tahun-tahun sebelumnya, pula penuh drama-drama yang sebenarnya episode lanjutan dari season yang sudah lalu. He-he. Hingga akhirnya di tahun ganjil satu ini juga, aku memutuskan untuk menyudahi drama yang kemudian menyadarkanku, bahwa ternyata dunia itu lebih luas dari sekedar 'ruang TV' tempat aku mengurung diri selama beberapa tahun silam.

Dua ribu lima belas membawa banyak perubahan, selain lulus dari masa yang katanya paling indah alias SMA, lalu melangkah ke jenjang yang lebih tinggi. Tahun ini juga berhasil memaksaku untuk jadi dewasa, dan belajar menelan konsekuensi dari keputusan yang aku bulatkan sendiri. 

But at least that I knew, all of those crrrazy bad things can stay in 2015, and I can get a fresh new start in 2016. Then in the very last month of 2015, I flew to India, the country of paradox, they say. I wouldn't lie, the main reason that I packed my things to travel there is for a soul-searching journey. I was too busy questioning myself, what am I looking for in India? What has 2015 taught me and what part of me that I should change in 2016? What kind of answers that I need to bring back to Jakarta? What's this what's that how's this how's that.. 

To be frankly honest, I didn't find any. Well yeah, you can say I have noted some things, I have gained some new perspectives, I definitely have earned a bunch of great stories and experiences, but I didn't really find what I was looking for. I didn't really find the serenity that I've been longing, I didn't find the cure to the wound that 2015 left me. I can't expect that having myself thousand miles away from the city that keeps resurrecting the old memories will automatically, magically, remove all the wounds or just like, voila, I'm all fine. 

That''s what I kinda learn. People tend to run away from their wound, they choose to flight, they choose to forget the cut that slit their skin open and pick out the nearest bandage possible to cover the wound. How do you expect that wound to recover completely? You're not even trying your best, you decided to put a bandage on a wound that keeps bleeding, it's the same as having Placebos to cure cancer. It's not doing a thing, literally. 

That, again, is what I learned. I made a mistake, I chose to flight, instead to fight. Aku memilih untuk pura-pura amnesia, mengabaikan darah yang masih mengalir, pura-pura sehat, dan jalan-jalan kesana kemari. Uh, salah, banget, kan? Denial will only make it worse. Acceptance is the key. As a best friend of mine told me, happiness is a state of mind. Hell, even if I'm traveling to outer space, semuanya nol besar kalau yang di kepala sama yang di hati belum beres. 

Serenity and peace that I wish I'd have back from India, datangnya ya bukan dari India. Akan tetapi, harus datang dari diri aku sendiri, yang dimulai pertama-tama dari mengangkat plester boongan yang nempel di luka, berani menerima kenyataan kalau luka itu memang masih ada, masih dalam, dan masih berdarah. And the only way to get rid of it yaaa.., nerimo. Tarik nafas panjang, karena kena air sedikit pasti masih sakit, namun memang harus dibersihkan dengan air, atau alkohol. Soalnya hampir membusuk, dibiarkan terlalu lama. Tidak akan mudah, tapi paling tidak, memahami betul bagaimana cara menangani luka ini adalah tahap pertama untuk menyembuhkannya. 

Maka,

mari bersulang untuk luka yang belum kunjung sembuh,

mari bersulang untuk luka yang lama diacuh,

mari bersulang untuk luka yang mungkin semu.

2016.


0 comments: